ketika musibah menjadi berkah

 

When God had created His creatures, He wrote above His throne ; “Verily, My Compassion overcomes My Wrath” (Bukhari & Muslim)

Beberapa hari yang lalu terjadi gempa yang cukup besar di sumatra dan bahkan berpotensi tsunami, saya yang saat itu masih dalam perjalanan hanya bisa memantau perkembangan berita dari timeline, dan yah seperti biasa ada saja oknum-oknum yang iseng mengutip ayat Al-Quran tentang bencana alam yang dihubungkan dengan azab Tuhan. pertanyaan ; seberapa urgen kah hal itu harus dilakukan ? Disaat kepanikan ini ?

Saya mencatat salah satu ayat yang dikutip adalah dari surat An-Nisa 79 ; yang isinya : “Apa saja nikmat yang kamu peroleh berasal dari Alloh, dan bencana yang menimpa dirimu maka berasal dari kesalahan dirimu sendiri.”

Ayat tersebut memang benar, bahwa intinya bencana yang menimpa diri kita adalah akibat dari ulah kita sendiri, namun saya percaya bahwa ayat-ayat dalam Al-Quran tidak berdiri sendiri, karena setiap ayat saling memiliki benang merah dengan ayat-ayat lainnya, dan ternyata pada dua ayat sebelumnya ( An-Nisa : 77-78) menjelaskan tentang sikap kaum munafik yang tidak mau diajak berjihad pada zaman Rasulluloh, dan jika mereka mendapat kebaikan mereka mengakui bahwa hal itu berasal dari Alloh, namun saat mereka tertimpa musibah dengan enaknya mereka menyalahkan Nabi Muhammad SAW, hingga dilanjutkan pada ayat berikutnya (79) bahwasanya bencana yang menimpa kaum munafik itu adalah akibat dari ulah mereka sendiri.

Jika bencana adalah benar merupakan azab dari Tuhan, apakah betul korbannya adalah para pendosa ? bagaimana jika sebagian dari mereka adalah orang-orang yang tidak bersalah ? Apa sebetulnya esensi dari bencana atau musibah ? Mengapa Tuhan menimpakannya pada kita ?

Agak sulit untuk dicerna, namun pada dasarnya kita sebagai manusia lebih mampu untuk berubah menjadi individu yang jauh lebih baik justru setelah melalui beberapa rangkaian kesulitan dan musibah.

Daniel Gilbert dalam Stumbling on Happiness, mengungkapkan bahwa sumber dari kebahagiaan dan kesempurnaan hidup adalah setelah melalui serangkaian peristiwa yang traumatik, dan hasil penelitian membuktikan bahwa orang-orang tersebut tumbuh menjadi pribadi yang tahan banting.

Al-Quran, dalam penjelasan Struggling to Surrender, karangan Jeffey Lang, menekankan tiga unsur utama dalam tahap evolusi moral-spiritual manusia ; (1) free-will atau hak untuk memilih jalan hidupnya, (2) kemampuan untuk menimbang sebab-akibat dari pilihannya itu dan (3) cobaan berupa musibah dan kesulitan yang datang dari lingkungan sekitarnya.

Sebagai contoh, jika saya memutuskan untuk menjadi orang yang jujur alias tidak berbohong (free-will) kemudian datanglah beberapa cobaan yang menggoda saya untuk berbohong, mungkin dengan iming-iming materi yang berlimpah, nah, jika saya mampu bertahan tetap menjadi orang yang jujur maka saya telah naik ke tingkat moralitas yang lebih tinggi.

Untuk mampu memiliki sifat kasih-sayang, empati, keadilan, kedermawanan, kita harus memiliki alternatif atau suatu kondisi yang dimana bisa membuat kita melakukan hal sebaliknya ; benci, ketamakan, balas dendam, kemarahan, yang semua itu bisa diperoleh dari serangkaian cobaan, musibah atau bencana.

Cobaan hidup tidak selalu berupa bencana alam, pada dasarnya kita semua mengalami berbagai cobaan dalam rutinitas setiap hari ; kesulitan dalam pekerjaan atau sekolah, pertikaian dengan teman atau keluarga, kekurangan keuangan dan sebagainya. Bahkan jika kita merasa hidup serba kecukupan, mungkin kita harus waspada karena bisa jadi hal itu adalah cobaan dalam bentuk kesenangan yang melalaikan.

Ketika menghadapi kesulitan, pasti sebagai orang normal kita merasa sedih, marah, frustasi dan bingung, akan tetapi jika kita menyadari bahwa sebetulnya kita justru membutuhkan serangkaian kesulitan dan cobaan hidup itu, maka kita akan mampu melaluinya dengan hati yang tenang.

Konsep mengenai kebutuhan kita akan penderitaan, kesulitan dan perjuangan dalam pencarian evolusi moral dan spiritual tercantum beberapa kali dalam Al-Quran ;

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (2: 155-156)

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (2 : 214)

Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.”

Mungkin hidup tidak akan menjadi mudah setelah serangkaian kesulitan itu, namun karena kita telah melaluinya dengan sabar, lapang hati, tenang dan ikhlas, maka selanjutnya apa yang terbentang dihadapan kita akan tampak lebih mudah……. dan bagai blessing in disguise, musibah mampu menghadirkan berkah dalam hidup.

“When is the help of Allah ?” Unquestionably, the help of Allah is near.

To Him we belong, to Him we shall return.